Saturday, September 24, 2016

Curug Rame, Curug yang indah namun sepi pengunjung 

Tidak Jauh dari curug dengdeng Terdapat Curug yang tidak kalah indah nya yaitu Curug Rame . selain sensasi alami curug yang indah , di sekitar curug terdapat persawahan yang enak untuk di pandang . akses jalan ke curug rame tergolong terjal penuh dengan tantangan . 


Perjalan dari curug dengdeng ke curug rame hanya memakan waktu kurang lebih 30 menit . sepanjang perjalanan Traveler akan di manjakan dengan pemandangan yang berupa perkebunan Karet yang indah yang jarang di temui di daerah lain . 

Curug Tilu , Curug Yang Tersembunyi 

Curug Tilu yang terletak di Ds. Pasir Haur - Sobang , Kab. Lebak ini memang masih tersembunyi dan jarang wisatawan yang berkunjung ke sana , akses jalan menuju curug nya pun bisa di katakan cukup sulit di karenakan harus melewati persawahan dan perkebunan. Sesuai Nama nya curug 3 memiliki 3 tingkatan air yang di setiap tingkatan nya kedalaman nya berbeda. . 




Air terjun ini cukup tersembunyi dan berada jauh dari pusat kebisingan kota. Istilah adem di tempat ini bukan hanya merujuk pada kondisi alam sekitar yang masih alami namun juga merefleksikan keadaan alam yang sesungguhnya.

Curug Cimayang, Keindahannya Tak Akan Terlupakan

Salah satu air terjun di Lebak yang keberadaannya sudah dikenal luas adalah Curug Cimayang. Pun demikian tidak menjamin akses menuju ke lokasi mudah dijangkau. Sedikit informasi dari berbagai sumber, medan menuju ke curug ini masih lumayan terjal, butuh usaha ekstra untuk mencapainya.
Curug Cimayang berada di wilayah administratif desa Cimayang, kecamatan Bojong Manik. Desa ini bisa traveler akses dari kota Tangerang yang berjarak 110 kilometer selama 4 jam. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari kalangan mahasiswa pecinta alam. Rute yang menantang serta keindahan yang menunggu di cpot curug menjadikannya pilihan yang tepat sebagai lokasi outbond.

Curug Dengdeng Menyimpan Potensi Wisata yang Besar

Satu lagi air terjun yang menampakkan nilai estetika di kabupaten Lebak yaitu Curug Dengdeng. Curug cantik ini bisa traveler jumpai di kampung Cihagaru, desa Kadujajar, kecamatan Malingping. Saat ini air terjun tersebut sudah mulai di kelola oleh masyarakat sekitar untuk mempermudah kan akses ke curug tersebut ,pemerintah mempunyai  rencana untuk mengembangkannya sebagai salah satu aset tempat wisata yang bisa mendatangkan pendapatan desa.

Jika kamu berkunjung pada waktu dekat,kondisi jalan menuju ke curug setinggi 25 meter ini masih cukup sulit untuk dilalui. Medannya berupa jalanan terjal yang penuh tantangan. Pepohonan rindang tumbuh di kanan-kiri rute sehingga sedikit meredam rasa panas yang berasal dari sengatan cahaya matahari. Curug Dengdeng punya debit air yang sangat deras, berada di dekatnya bisa bikin baju basah akibat hempasan dari percikan air yang jatuh.

Basah-Basahan di Curug Kumpay

Curug Kumpay merupakan salah satu air terjun cantik di kampung Kumpay, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Curug ini letaknya berada di atas gunung di dalam hutan sehingga jika mau ke sana sebaiknya membawa pemandu warga sekitar agar tidak tersesat.

Curug Kumpay terkenal dengan cerita mistisnya dan juga dijadikan sebagai tempat untuk melakukan ritual tertentu. Konon setiap ada traveler yang datang ke curug ini dan nyampah di lokasi, besuknya sampah-sampah tersebut hilang dengan sendirinya. Itulah yang menyebabkan tempat ini selalu bersih. Benar atau tidaknya silahkan dibuktikan sendiri dengan datang langsung ke lokasi, tapi buktikan kebersihannya bukan dengan membuang sampah sembarangan ya!

Sumpek Dengan Kehidupan Kota, Coba Datang ke Curug Munding Untuk Menikmati Suasana Terasing

Kabupaten Lebak yang letaknya berdekatan dengan kota-kota besar di Jawa Barat serta DKI Jakarta menjadikannya alternatif wisata yang pas untuk menyepi. Apalagi di daerah ini banyak pilihan tempat wisata bertema alam yang masih sepi pengunjung.


Salah satu tempat yang wajib traveler kunjungi untuk menikmati alaminya suguhan alam adalah Curug Munding. Curug ini berada di desa Cicaringin, kecamatan Gunungkencana. Lokasi curug ini masih lumayan tersembunyi, jadi belum banyak traveler yang datang ke lokasi. Nama curug ini juga sangat unik, dalam bahasa setempat Munding berarti Kerbau, konon zaman dahulu ada kerbau yang melompat dari atas air terjun sehingga dipilihlah Munding sebagai nama curug eksotis ini.

Friday, September 23, 2016

Wisata Telaga Biru Cisoka Banten



Wisata Telaga Biru Cisoka Banten. Anda ingin berwisata untuk mengisi waktu liburan Anda? Untuk Anda yang tinggal di daerah Jakarta sekitarnya kini tidak perlu jauh-jauh ke tempat wisata yang jauh. 

Mengapa? Hal ini karena sekarang ada Telaga Biru Banten. Ya, tempat ini memang tengah menjadi tempat wisata yang cukup favorit. 

Bukan hanya untuk anak muda yang senang ke berbagai tempat hits, tempat wisata ini pun kini banyak dikunjungi para wisatawan lokal dari berbagai usia. Keindahan dari Telaga Biru ini jelas adalah magnet yang tidak bisa dilepaskan.  

Lokasi dari Telaga Biru ini sendiri adalah di Kampung Cigaru, Desa Cisoka, Tangerang. Pada awalnya, kawasan tersebut bukanlah sebuah lokasi wisata alami seperti telaga pada umumnya. 

Namun, telaga ini merupakan telaga buatan yang terjadi karena adanya pengerukan pasir. Sejarahnya adalah kawasan tersebut merupakan sebuah perkebunan kirai dan juga persawahan yang kemudian ditinggalkan. 

Untuk alasan mengapa kawasan tersebut ditinggalkan belum jelas. Kemudian, setelah ditinggalkan pasir yang ada di Desa Cigaru mulai dikeruk hingga suatu saat dihentikan. 

Hasil kerukan yang dalamnya lebih dari 50 meter inilah yang mulai tergenang air dan hingga kini telah terbentuk sebuah telaga. 
Memang, air di telaga tersebut awalnya hanya biru kehijauan, tapi lama kelamaan perubahan warna air tersebut pun terjadi. Sehingga kini banyak pengunjung yang dapat melihat warna telaga yang berubah tersebut. 

Belum jelas apa penyebab dari perubahan warna tersebut. Akan tetapi, banyak orang sekitar yang mengaitkannya dengan hal-hal di luar nalar. 

Misalnya saja adalah warna yang berubah tersebut terjadi karena selendang bidadari yang jatuh ke dalam telaga. Entah darimana cerita ini, tapi itulah cerita yang beredar di sekitar daerah Telaga Biru Banten
Wisata Telaga Biru Cisoka Banten
Untuk sampai ke lokasi wisata yang satu ini, tentu saja yang harus Anda lakukan ialah melakukan perjalanan ke daerah Cigaru, Tangerang. 

Dalam hal ini Anda bisa gunakan kendaraan pribadi Anda seperti mobil atau juga motor. Atau Anda pun bisa gunakan angkutan umum. 

Hanya saja, jika Anda gunakan angkutan umum mungkin Anda akan sedikit kesulitan untuk sampai ke lokasi wisata karena jika Anda tidak paham dengan rute angkot di kawasan tersebut Anda mungkin bisa saja bingung. 

Oleh karena itu, pilihan pergi gunakan kendaraan pribadi adalah pilihan yang paling tepat. Kemudian, di tambah dengan orang yang telah tahu tempat wisata Telaga Biru tentu akan membuat perjalanan Anda semakin mudah. 

Selanjutnya untuk fasilitas yang disediakan di lokasi wisata Telaga Biru ini memang tergolong belum terlalu komplit. Anda para pengunjung bisa dapatkan fasilitas yang lebih memadai.

Kami Juga Menyediakan Jasa GUIDE ke baduy dengan harga terjangkau
bagi anda yang berminat bisa hubungi Kontak kami yang telah tersedia di cover blog kami

Situs Budaya Mata Air Citaman Banten



Situs Budaya Mata Air Citaman Banten
Situs Budaya Mata Air Citaman Banten. Apakah Anda telah memiliki tujuan wisata untuk liburan Anda? Anda jangan khawatir atau bingung untuk memilih lokasi wisata mana yang tepat. Inilah Situs Budaya Citaman yang telah ada sejak dahulu kala. 

Untuk Anda yang ingin berlibur sekaligus mendapatkan pengetahuan sejarah, lokasi wisata yang ada di Provinsi Banten ini bisa menjadi alternatif wisata yang paling pas. 

Kemudian, apa saja yang akan Anda dapatkan di situs ini dan bagaimana dengan aksesibilitasnya? Apabila Anda ingin tahu lebih banyak tentang hal tersebut Anda bisa simak ulasannya sebagai berikut. 

Lokasi dari wisata ini ialah ada di kawasan lereng Gunung Pulosari, tepatnya yaitu di Desa Sukasari, Kec. Menes, Kab. Pandeglang, Banten. 

Tempatnya yang ada di daerah pegunungan membuat Anda bisa menikmati keindahan alam pegunungan dan juga hawa sejuk di kaki Gunung Pulosari. Untuk mencapai lokasi wisata ini, Anda tentu saja harus menuju ke Kabupaten Pandeglang terlebih dahulu. 

Sedangkan rute yang harus Anda tempuh ke kawasan situs sangatlah mudah. Hal ini disebabkan karena tujuan wisata yang satu ini sudah mulai dikenal banyak orang sehingga papan petunjuk ke kawasan ini pun bisa Anda temukan dengan mudah. 

Kemudian, masalah transportasinya sendiri, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi agar Anda bisa lebih nyaman untuk melakukan perjalanan. 
Mobil maupun motor bisa Anda sesuaikan dengan keinginan Anda. Sedangkan mengenai fasilitas yang diberikan, nantinya Anda diwajibkan untuk membayar tiket masuk dan parkir yang telah ditentukan oleh pihak pengelola dari Situs Budaya Citaman. 

Anda pun bisa temukan ruang ganti baju atau wc sebab di kawasan ini ada situs pemandian juga. 

Seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu situs yang akan Anda kunjungi ialah pemandian situs Citaman.

Pemandian ini ternyata memang telah ada sejak dahulu kala sehingga ditetapkan dalam salah satu situs warisan budaya. Selain itu, ada pula situs Batu Goong.
Situs Budaya Mata Air Citaman Banten
Situs yang satu ini memang telah cukup terkenal karena keunikan batu-batu yang ada di situs tersebut. Kemudian, ada juga situs batu tergores dan situs lain yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi.

Mengenai sejarah dari setiap situs yang ada ini, tentu saja hal ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kerajaan yang dulunya ada di daerahBanten.

Kebudayaan dari kerajaan itulah yang membuat dibangunnya beberapa tempat termasuk pemandian. Selain itu, karena tergolong sebagai peninggalan sejarah, maka hawa mistis pun akan sangat erat dengan Situs Budaya Citaman

Misalnya saja adalah situs Batu Goong yang mana warga sering mendengar suara gong dari kawasan tersebut. Jadi, apakah Anda penasaran dengan semua situs tersebut? 

Kami Juga Menyediakan Jasa GUIDE ke baduy dengan harga terjangkau
bagi anda yang berminat bisa hubungi Kontak kami yang telah tersedia di cover blog kami

Pantai Bagedur Banten



Pantai Bagedur Banten
Pantai Bagedur Banten. Provinsi Banten memang menyimpan begitu banyak potensi wisata di dalamnya. Terutama untuk wisata alam, dikhususkan lagi wisata pantai nya. Siapa yang tidak kenal dengan pantai Anyer atau pantai Carita? Pantai yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai kota baik yang dekat maupun jauh dari Banten.

Siapa juga yang tidak tahu bahwa di Banten terdapat pulau Umang yang mempunyai fasilitas wisata pantai berkelas internasional. Atau Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan tempat perlindungan badak jawa sekaligus tempat wisata pantai yang sangat indah di Banten. Jangan lupakan pula pantai Sawarna yang terletak di kabupaten Lebak.

Pantai yang ramai dibicarakan karena keindahannya dapat disejajarkan dengan pantai-pantai indah lain di luar Banten tersembunyi di pelosok provinsi Banten yang cukup terpencil. Ternyata Banten memang banyak memiliki pantai yang masih belum terlalu terjamah tangan manusia atau dapat dikatakan masih alami.

Kabupaten lebak ternyata masih mempunyai pantai yang masih alami, selain pantai yang ada di desa Sawarna tentunya. Pantai Bagedur yang terletak di desa Sukamanah kecamatan Malingping kabupaten Lebak provinsi Banten ternyata mempunyai pantai yang masih alami dan tidak kalah indah dengan Sawarna.
Sama seperti pantai di desa Sawarna, pantai Bagedur ini terletak di bagian selatan Banten. Yang berarti mempunyai ombak dan arus khas pantai selatan yang besar dan kuat. Pantai di bagian selatan Banten memang terkenal dengan keindahannya karena tidak banyak terjamah manusia dan aksesnya pun tidak semudah pantai di bagian barat Banten.
Pantai Bagedur Banten
Daya tarik Pantai Bagedur ini adalah pantai yang landai dengan hamparan pasir putih tanpa panjang dengan panjang sekitar 15 Km membentang luas. Dapatkah anda bayangkan? Ya, pantai tersebut tentunya sangat indah dan luas sehingga anda dapat leluasa melakukan aktivitas kegiatan pantai di pantai Bagedur tersebut.

Pasir yang putih dan air laut yang biru serta pemandangan alam sekitar yang masih alami tentunya akan memanjakan indera pengelihatan anda. Karena pantainya yang landai dan tanpa karang, anda dapat berenang dan bermain pasir disini. Namun anda harus berhati-hati karena pantai ini mempunyai ombak khas pantai selatan yang besar.

Berbeda dengan pantai kebanyakan, di pantai ini anda tidak akan menjumpai penyewaan speedboat atau banana boat dan hiruk pikuk wisata pantai lainnya. Suasana di pantai ini sangat tenang dan damai. Cocok untuk menenangkan pikiran anda.

Pantai ini biasanya hanya ramai pada musim liburan. Walau sepi, di pantai juga terdapat warung penjual makanan ringan. Jika anda memutuskan datang ke pantai ini sebaiknya anda membawa perbekalan yang cukup karena jarak dari pasar terdekat sekitar 7 Km. 
Pantai Bagedur Banten
Untuk mencapai pantai Bagedur anda dapat melalui jalur Rangkasbitung lalu ke Malingping atau Pandeglang, Saketi lalu Malingping. Jika anda dari Jakarta atau Tangerang, anda dapat melewati tol Jakarta-Merak lalu keluar gerbang tol Serang Timur untuk selanjutnya mengambil arah Pandeglang.

Perjalanan menuju pantai Bagedur sama seperti jika anda menuju pantai Sawarna. Hanya saja anda cukup menempuh perjalanan sampai Malingping. Dari malingping anda dapat menuju terminal Simpang untuk selanjutnya menuju Binuangen.

Kami Juga Menyediakan Jasa GUIDE ke baduy dengan harga terjangkau
bagi anda yang berminat bisa hubungi Kontak kami yang telah tersedia di cover blog kami

Wisata Pantai Sawarna Banten

Wisata Pantai Sawarna Banten
Wisata Pantai Sawarna Banten. Beberapa waktu kebelakang hingga saat ini, terdapat sebuah tempat wisata pantai di daerah Banten yang banyak dibicarakan dan mulai banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Pantai tersebut bernama pantai Sawarna.

Pantai yang mempunyai hamparan pasir putih bersih disatu sisi dan karang yang menjulang di sisi lain banyak menjadi buah bibir oleh banyak wisatawan dikarenakan keindahan alamnya yang begitu menawan. Percaya atau tidak, keindahan pantai Sawarna ini dapat di sejajarkan pantai dengan pantai-pantai indah di luar Banten.

Pantai ini merupakan salah satu objek wisata andalan di Banten karena keindahannya merupakan salah satu pantai terindah yang ada di provinsi Banten.

Pantai Sawarna yang terkenal tersebut berjarak sekitar 150 Km dari Rangkasbitung dan berada di desa Sawarna kecamatan Bayah kabupaten Lebak provinsi Banten. Sawarna sendiri sebenarnya adalah nama desa tempat dimana pantai tersebut berada.

Pantai Sawarna adalah pantai yang menghadap ke Samudera Hindia, sehingga mempunyai ciri khas pantai selatan dengan ombaknya yang besar dan arusnya yang kuat. Letaknya yang terpencil dan akses yang agak sulit untuk dijangkau membuat pantai Sawarna seperti surga yang tersembunyi di wilayah terpencil.

Beberapa tahun silam bahkan tidak banyak wisatawan yang berkunjung kesana karena sulit dan cukup buruknya akses jalan untuk mencapai Sawarna. Berkat promosi mulut ke mulut serta promosi melalui media online, semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk datang ke surga tersembunyi ini.
Wisata Pantai Sawarna Banten
Pertama kali anda sampai ke pantai Sawarna, indera pengelihatan anda akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang bagus. Bukit yang kehijauan, pantai berpasir putih serta laut yang biru membuat anda akan melupakan sejenak semua kepenatan perkotaan.
Keuntungan dari tempat wisata di desa Sawarna ini, tempat wisata satu dan yang lain berdekatan sehingga anda dapat menikmati semuanya tanpa harus melakukan perjalanan jauh lagi. Beberapa objek wisata yang menjadi andalan di desa Sawarna adalah pantai Tanjung Layar, pantai Karang Taraje, pantai Pulo Manuk, pantai Ciantir, gua Lalay, gua Langir dan gua Seribu Candi. 
Wisata Pantai Sawarna Banten
Beberapa pantai seperti Tanjung Layar dan Karang Taraje merupakan gugusan karang yang menjulang sehingga anda tidak dapat berenang disana, tetapi pemandangannya yang indah membuat dua tempat tersebut ramai dikunjungi wisatawan.

Tanjung Layar sendiri merupakan dua karang besar yang berhimpitan seperti layar kapal. Kurang lengkap rasanya ke Sawarna tanpa mengunjungi tempat ini. Sedangkan Karang Taraje merupakan tempat yang ideal untuk melihat sunset yang indah. Di tempat ini terdapat gugusan karang yang tinggi menjulang disepanjang pantai.

Berbeda dengan Tanjung Layar serta Karang Taraje, di pantai Pulo Manuk dan Ciantir anda akan dimanjakan dengan pasir putih yang terhampar luas serta air laut yang jernih. Di pantai ini anda dapat bermain air atau bermain pasir di pinggir pantai. Ombaknya yang besar pun memungkinkan anda untuk melakukan surfing.

Banyak wisatawan yang melakukan suring di tempat ini karena ombaknya sangat bagus untuk melakukan surfing. Gua Lalay, Langir dan Seribu Candi adalah wisata gua yang terdapat di Sawarna. Jika anda ingin yang lain daripada pantai, anda dapat mengunjungi gua ini untuk wisata alam ke dalamnya.
Wisata Pantai Sawarna Banten
Satu hari tidak akan cukup untuk anda mengelilingi Sawarna keseluruhan, karena itu ada baiknya anda menginap agar dapat menikmati keindahan Sawarna seluruhnya. Anda dapat mendirikan tenda di dekat pinggir pantai, tentunya dengan izin kepada penduduk di dekat pantai dan tidak meninggalkan sampah.

Peralatannya harus anda bawa sendiri, karena tidak ada penyewaan disana. Jika tidak ingin repot anda dapat menginap di homestay atau penginapan yang tersedia disana. Tarif yang ditawarkan berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per malam dan sudah termasuk makan. 
Wisata Pantai Sawarna Banten
Desa Sawarna berjarak sekitar 270 Km dari Jakarta dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 7 Jam atau lebih. Untuk menuju Sawarna dari Jakarta, anda dapat memilih apakah akan melewati jalur Pelabuhan Ratu atau melewati Serang dan Pandeglang.

Untuk menuju sawarna disarankan untuk menggunakan kendaraan yang dapat melewati medan yang sulit. Karena jalan di desa Sawarna banyak yang memiliki jalur yang sulit dilalui. Periksa juga bahan bakar kendaraan serta bawalah uang tunai yang cukup.

Karena ATM dan POM bensin terdekat jaraknya cukup jauh. Persiapkan fisik yang kuat karena perjalanan menuju sawarna cukup melelahkan, namun itu semua terbayar ketika anda sampai di desa Sawarna.

Kami Juga Menyediakan Jasa GUIDE ke baduy dengan harga terjangkau
bagi anda yang berminat bisa hubungi Kontak kami yang telah tersedia di cover blog kami

Berikut Video Pantai Sawarna Banten

Pantai Carita Pandeglang Wisata Banten


Pantai Carita Pandeglang Wisata Banten
Pantai Carita Pandeglang Wisata Banten. Bagi anda pecinta wisata pantai, tentunya tidak asing dengan pantai yang ada di wilayah Banten. Khususnya wisata pantai dibagian barat Banten yang  tidak terlalu jauh serta mudah diakses dari Jakarta atau Tangerang. Pantai Anyer, Pantai Karang Bolong, Pantai Carita, Pantai Tanjung Lesung adalah beberapa pantai di wilayah Banten yang terdapat di bagian barat pulau Banten. Pantai-pantai tersebut banyak menjadi tujuan wisatawan untuk berlibur, menyegarkan diri dan melupakan kepenatan yang pekerjaan pada akhir pekan. Jarak yang yang dekat serta akses yang mudah menjadi salah satu keunggulan pantai-pantai tersebut. Fasilitas yang tersedia di wilayah pantai-pantai tersebut pun sangat menunjang untuk pariwisata sehingga wisatawan dapat berlibur dan berwisata tanpa khawatir fasilitas yang buruk.
Wisata pantai yang kali ini akan dibahas adalah wisata pantai Carita. Bagi anda yang biasa berwisata pantai di Banten tentunya tidak asing dengan nama pantai Carita. Ya, pantai ini terletak tidak jauh dari pantai Anyer yang terkenal itu. Pantai ini letaknya strategis, terletak di Jalan Raya Pandeglang-Labuan kecamatan Carita kabupaten Pandeglang Banten. Karena letaknya yang tidak jauh dari Ibukota, pantai ini merupakan wilayah pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal ataupun wisatawan mancanegara khususnya pada akhir pekan. Pasca kejadian tsunami yang menimpa Aceh, wilayah pantai Carita sempat mengalami penurunan pengunjung karena khawatir akan terjadi hal serupa di pantai carita. Namun seiring berjalannya waktu, pantai ini kembali ramai dikunjungi. Jangan kaget bila pada akhir pekan anda akan menemukan kepadatan kendaraan di wilayah pantai ini.
Pantai Carita Pandeglang Wisata Banten
Kawasan pantai carita sendiri terdiri dari banyak pantai-pantai. Beberapa dikelola oleh penduduk sekitar, beberapa lagi dikelola oleh perusahan dan didirikan hotel atau cottage mewah diatasnya. Secara umum, anda akan disuguhi pemandangan hamparan pasir yang lembut dan air laut yang berombak kecil. Aroma laut yang khas berpadu sempurna dengan pepohonan rindang di tepian pantai. Suasana yang tepat untuk berlibur. Karena letaknya yang dekat dengan selat sunda, dari kejauhan akan nampak pemandangan anak gunung krakatau yang kokoh berdiri.

Di wilayah pantai carita, mayoritas pantainya berpasir bukan karang sehingga anda dapat bermain-main dengan pasir dan air. Ombaknya yang tidak sebesar pantai di wilayah selatan membuat anda tidak perlu terlalu khawatir, ditambah lagi adanya penjaga pantai di beberapa pantai yang siap siaga menjaga keamanan pengunjung. Tidak itu saja, di pantai carita juga terdapat fasilitas seperti banana boat dan jetski yang mematok tarif sekitar Rp 25.000-Rp 50.000 untuk banana boat dan Rp 75.000-Rp 100.000 untuk jetski. Lupa membawa pelampung? Jangan khawatir, di pantai ini juga ada penyewaan ban pelampung yang cukup terjangkau. Anda hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 untuk menyewanya. Ketika lapar menyerang dan anda tidak membawa bekal, jangan takut karena banyak rumah makan yang tersedia di pantai ini. Mayoritas menyediakan hidangan laut. Jangan sungkan untuk bertanya tentang harga makanan, karena kebanyakan rumah makan tidak mencantumkan daftar harga pada menu mereka.
Pantai Carita Pandeglang Wisata Banten
Fasilitas lain seperti penginapan, MCK, mini market, warung, dll banyak tersedia di sekitar pantai carita. Jadi anda bisa tenang berlibur tanpa harus terlalu repot mempersiapkan segala sesuatu. Jika anda ingin membeli oleh-oleh, di pantai carita juga banyak tersedia kios-kios yang menyediakan oleh-oleh khas pantai carita. Mulai dari baju hingga hiasan yang terbuat dari kulit kerang tersedia di kios oleh-oleh.

Untuk mencapai pantai carita dari Jakarta/Tangerang anda dapat melalui jalan tol Jakarta-Merak dan keluar gerbang tol Cilegon dan selanjutnya mengikuti petunjuk arah untuk menuju pantai carita. Bila anda tidak lewat tol, ikuti Jalan Raya Jakarta-Serang dan ambil arah Cilegon. Sesampainya di Cilegon anda dapat mengikuti petunjuk jalan menuju pantai Carita. Bila kepadatan jalur terjadi, anda boleh mencoba jalur alternatif menuju pantai Carita melalui Serang, Palima, Ciomas, Padarincang, Cinangka. Tidak disarankan memakai jalur alternatif pada malam hari. Secara keseluruhan, pantai Carita sangat tepat untuk liburan singkat melepaskan diri sejenak dari kejenuhan. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dan akses yang mudah membuatnya menjadi pilihan tepat untuk liburan singkat.

Kami Juga Menyediakan Jasa GUIDE ke baduy dengan harga terjangkau
bagi anda yang berminat bisa hubungi Kontak kami yang telah tersedia di cover blog kami


SUKU BADUY



Baduy atau orang Kanekes adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo.


Wilayah kanekes bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Tidak heran bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda dialek Sunda-Banten. Namun mereka juga lancar menggunakan Bahasa Indonesia ketika berdialog dengan penduduk luar.

Mata pencaharian masyarakat Baduy adalah bertani dan menjual buah-buahan yang mereka dapatkan dari hutan. Selain itu Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba yang masih rutin diadakan setahun sekali dengan mengantarkan hasil bumi kepada penguasa setempat yaitu Gubernur Banten. Dari hal tersebut terciptanya interaksi yang erat antara masyarakat Baduy dan penduduk luar. Ketika pekerjaan mereka diladang tidak mencukupi, orang Baduy biasanya berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan berjalan kaki, umumnya mereka berangkat dengan jumlah yang kecil antara 3 sampai 5 orang untuk mejual madu dan kerajinan tangan mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Perdagangan yang semula hanya dilakukan dengan barter kini sudah menggunakan mata uang rupiah. Orang baduy menjual hasil pertaniannya dan buah-buahan melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

Kelompok-kelompok dalam masyarakat Kanekes

Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik). Ciri khas Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Kelompok masyarakat panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Apabila Baduy Dalam dan Baduy Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka "Baduy Dangka" tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001).

Baduy Luar

Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama, tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam.


Penyebab warga Baduy masuk menjadi golongan Baduy Luar, adalah:
  • Mereka telah melanggar adat masyarakat Baduy Dalam.
  • Berkeinginan untuk keluar dari Baduy Dalam
  • Menikah dengan anggota Baduy Luar
Ciri-ciri masyarakat:
  • Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik, meskipun penggunaannya tetap merupakan larangan untuk setiap warga Baduy, termasuk warga Baduy Luar. Mereka menggunakan peralatan tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pengawas dari Baduy Dalam.
  • Proses Pembangunan Rumah penduduk Baduy Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Baduy Dalam.
  • Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
  • Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
  • Mereka tinggal di luar wilayah Baduy Dalam.
Baduy Dalam

Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Tidak seperti Baduy Luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka.


Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Baduy Dalam antara lain:
  • Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
  • Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
  • Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Puun)
  • Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
  • Menggunakan Kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.
Asal-usul

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.

Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Baduy yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Baduy sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.

Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada tahun 1928, menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang Baduy adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pengaruh luar (Garna, 1993b: 146). Orang Baduy sendiri pun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal dari orang-oraang pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) orang Baduy merupakan penduduk setempat yang dijadikan mandala' (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha. Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli' atau Sunda Wiwitan (wiwitann=asli, asal, pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan wilayah Baduy sebagai mandala adalah Rakeyan Darmasiksa.

Ada versi lain dari sejarah suku baduy, dimulai ketika Kian Santang putra prabu siliwangi pulang dari arabia setelah berislam di tangan sayyidina Ali. Sang putra ingin mengislamkan sang prabu beserta para pengikutnya. Di akhir cerita, dengan 'wangsit siliwangi' yang diterima sang prabu, mereka berkeberatan masuk islam, dan menyebar ke penjuru sunda untuk tetap dalam keyakinannya. Dan Prabu Siliwangi dikejar hingga ke daerah lebak (baduy sekarang), dan bersembunyi hingga ditinggalkan. Lalu sang prabu di daerah baduy tersebut berganti nama dengan gelar baru Prabu Kencana Wungu, yang mungkin gelar tersebut sudah berganti lagi. Dan di baduy dalamlah prabu siliwangi bertahta dengan 40 pengikut setianya, hingga nanti akan terjadi perang saudara antara mereka dengan kita yang diwakili oleh ki saih seorang yang berupa manusia tetapi sekujur tubuh dan wajahnya tertutupi oleh bulu-bulu laiknya monyet. Dan ki Saih ini kehadirannya adalah atas permintaan para wali kepada Allah agar memenangkan kebenaran.

Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apapun", atau perubahan sesedikit mungkin:

Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)

Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima. Dan itupun hanya yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).

Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.

Pakaian Tradisional

Ciri khas suku Baduy yang tinggal di pegunungan Kendeng, desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten Selatan adalah masih kokohnya tradisi yang diwariskan oleh karuhun mereka. Salah satu tradisi yang masih bertahan adalah menenun dan cara berbusana. Oleh karena itu, ada yang beranggapan bahwa busana suku Baduy saat ini merupakan bentuk busana yang digunakan oleh masyarakat Jawa Barat pada masa silam.

Wilayah desa Kanekes merupakan tanah adat suku Baduy, seluruh penduduknya adalah suku Baduy dan tidak bercampur dengan penduduk luar. Mereka bertutur dalam bahasa Sunda Buhun atau Sunda Kuno, dengan ciri sub dialek Banten. Ciri bahasa yang digunakan suku Baduy adalah tidak memiliki tinggi-rendah bahasa dengan aksen tinggi dalam lagu kalimat. Letak perkampungan biasanya berada di celah-celah bukit dan lembah yang ditumbuhi pepohonan besar. Jarak antara satu kampung dengan kampung lainnya berjauhan. Penduduknya menjaga, melindungi pohon dan hutan di sekitarnya dengan baik.

Peraturan adat sangat menentukan dalam sikap hidup suku Baduy, baik untuk keseimbangan hidup antar sesama maupun kelestarian kehidupan alamnya. Kehidupan sehari-harinya bersahaja. Barangbarang “modern” seperti sabun, kosmetik, piring, gelas dan peralatan pabrik dilarang dipakai. Tak ada listrik, radio dan televisi. Semuanya itu tabu (pamali).

Suku Baduy terdiri dari dua kelompok masyarakat, yaitu Baduy Luar, disebut Panamping yang tinggal di 36 kampung luar dan Baduy Dalam, disebut Kajeroan yang tinggal di tiga kampung utama. Baduy Dalam, mengelompok menurut asal keturunan (tangtu) mereka, yaitu tangtu Cibeo, tangtu Cikertawana dan tangtu Cikeusik.

Dalam pandangan suku Baduy, mereka berasal dari satu keturunan, yang memiliki keyakinan, tingkah laku, cita-cita, termasuk busana yang dikenakannya pun adalah sama. Kalaupun ada perbedaan dalam berbusana, perbedaan itu hanya terletak pada bahan dasar, model dan warnanya saja. Baduy Dalam merupakan paroh masyarakat yang masih tetap mempertahankan dengan kuat nilai-nilai budaya warisan leluhurnya dan tidak terpengaruh oleh kebudayaan luar. Ini berbeda dengan Baduy Luar yang sudah mulai mengenal kebudayaan luar. Perbedaan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar seperti itu dapat dilihat dari cara busananya berdasarkan status sosial, tingkat umur maupun fungsinya. Perbedaan busana hanya didasarkan pada jenis kelamin dan tingkat kepatuhan pada adat saja, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Baduy Dalam, untuk laki-laki memakai baju lengan panjang yang disebut jamang sangsang, karena cara memakainya hanya disangsangkan atau dilekatkan di badan. Desain baju sangsang hanya dilobangi/dicoak pada bagian leher sampai bagian dada saja. Potongannya tidak memakai kerah, tidak pakai kancing dan tidak memakai kantong baju. Warna busana mereka umunnya adalah serba putih. Pembuatannya hanya menggunakan tangan dan tidak boleh dijahit dengan mesin. Bahan dasarnya pun harus terbuat dari benang kapas asli yang ditenun.

Bagian bawahnya memakai kain serupa sarung warna biru kehitaman, yang hanya dililitkan pada bagian pinggang. Agar kuat dan tidak melorot, sarung tadi diikat dengan selembar kain. Mereka tidak memakai celana, karena pakaian tersebut dianggap barang tabu.

Selain baju dan kain sarung yang dililitkan tadi, kelengkapan busana pada bagian kepala menggunakan ikat kepala berwarna putih pula. Ikat kepala ini berfungsi sebagai penutup rambut mereka yang panjang. Kemudian dipadukan dengan selendang atau hasduk yang melingkar di lehernya. Pakaian Baduy Dalam yang bercorak serba putih polos itu dapat mengandung makna bahwa kehidupan mereka masih suci dan belum terpengaruh budaya luar.

Bagi suku Baduy Luar, busana yang mereka pakai adalah baju kampret berwarna hitam. Ikat kepalanya juga berwarna biru tua dengan corak batik. Desain bajunya terbelah dua sampai ke bawah, seperti baju yang biasa dipakai khalayak ramai. Sedangkan potongan bajunya mengunakan kantong, kancing dan bahan dasarnya tidak diharuskan dari benang kapas murni. Cara berpakaian suku Baduy Panamping memamg ada sedikit kelonggaran bila dibandingkan dengan Baduy Dalam. Melihat warna, model maupun corak busana Baduy Luar, menunjukan bahwa kehidupan mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar.

Kelengkapan busana bagi kalangan kali-laki Baduy adalah amat penting. Rasanya busana laki-laki belum lengkap apabila tidak memakai senjata. Bagi Baduy Dalam maupun Luar kalau bepergian selalu membawa senjata berupa golok yang diselipkan di balik pinggangnya. Pakaian ini biasanya masih dilengkapi pula dengan tas kain atau tas koja yang dicangklek (disandang) di pundaknya.

Sedangkan, busana yang dipakai di kalangan wanita Baduy, baik Kajeroan maupun Panamping tidak menampakkan perbedaan yang mencolok. Model, potongan dan warna pakaian, kecuali baju adalah sama. Mereka mengenakan busana semacam sarung warna biru kehitam-hitaman dari tumit sampai dada. Busana seperti ini biasanya dikenakan untuk pakaian sehari-hari di rumah. Bagi wanita yang sudah menikah, biasanya membiarkan dadanya terbuka secara bebas, sedangkan bagi para gadis buah dadanya harus tertutup. Untuk pakain bepergian, biasanya wanita Baduy memakai kebaya, kain tenunan sarung berwarna biru kehitam-hitaman, karembong, kain ikat pinggang dan selendang. Warna baju untuk Baduy Dalam adalah putih dan bahan dasarnya dibuat dari benang kapas yang ditenun sendiri.

Untuk memenuhi kebutuhan pakaiannya, masyarakat suku Baduy menenun sendiri dan dilakukan oleh kaum wanita. Dimulai dari menanam biji kapas, kemuduan dipanen, dipintal, ditenun sampai dicelup menurut motifnya khasnya. Penggunaan warna pakaian untuk keperluan busana hanya menggunakan warna hitam, biru tua dan putih. Kain sarung atau kain wanita hampir sama coraknya, yaitu dasar hitam dengan garis-garis putih, sedangkan selendang berwana putih, biru, yang dipadukan dengan warna merah.

Semua hasil tenunan tersebut umumnya tidak dijual tetapi dipakai sendiri. Bertenun biasanya dilakukan oleh wanita pada saat setelah panen. Jenis busana yang dikerjakan antara lain, baju, kain sarung, kain wanita, selendang dan ikat kepala. Selain itu, ada kerajinan yang dilakukan oleh kalangan pria di antaranya adalah membuat golok dan tas koja, yang terbuat dari kulit pohon teureup ataupun benang yang dicelup.

Dari model, potongan dan cara berbusananya saja, secara sepintas orang akan tahu bahwa itu adalah suku Baduy. Memang, pakaian bagi suku Baduy bukanlah sekedar untuk melindungi tubuh saja, melainkan lebih bersifat sebagai identitas budaya yang melekatnya. Mereka percaya bahwa semuanya itu merupakan warisan yang dituturkan oleh karuhun atau nenek moyang mereka untuk dijaga.

Kami Juga Menyediakan Jasa GUIDE ke baduy dengan harga terjangkau
bagi anda yang berminat bisa hubungi Kontak kami yang telah tersedia di cover blog kami
Sumber:
http://sukubaduy.wordpress.com/2006/...a-trasisional/